Peran George Soros Di
Balik Krisis Ekonomi Indonesia 1997
George Soros
menjadi gembong pemain valas ( valuta asing). Ia memborong persediaan dolar
dipasaran, tepat ketika Indonesia membutuhkan banyak dolar untuk membayar
utan-utang yang jatuh tempo.
Ada peran
negatif di kalangan para spekulan (orang yang mencari keuntungan), jika ingin
menghancurkan suatu negara, tidak perlu dengan peluru dan darah. Tapi,
hancurkanlah mata uangnya. Hal ini dimungkinkan karena devisa hampir setiap
negaar di dunia menggunakan dolar amerika. Ukuran kekuatan mata uang selalu
dibandingkan dengan nilai tukarnya terhadap dolar.
Peran George
Soros
Tak tanggung-tanggung,
Perdana menteri Malaysia, Mahathir Muhammad secara terang-terangan menuding
Soros-lah biang keladi krisis ekonomi Asia. Sebagai seorang Yahudi Amerika yang
menjadi gembong pemain valas (valuta asing), ia memborong persediaan dolar
dipasaran. Tepat ketika Indonesia membutuhkan banyak dolar untuk membayar
utang-utang yang jatuh tempo.
Pernyataan ini
didukung oleh seorang ekonom terkenal dari Massahussets Institute Of Technology
(MIT) juga menyebutkan bahwa Soros melakukan konspirasi dengan pemerintah
Amerika. Tujuannya untuk menjatuhkan Ekonomi Asia yang ketika itu menjadi
sangat kuat dan dengan mangatakan bahwa perusahaannya, Quantun Fund, justru
mengalami kerugian ketika membeli rupiah Indonesia pada kurs Rp.4.000/dollar. Menurutnya,
spekulan hanyalah pembawa pesan, sedangkan krisis ekonomi lebih dikarenakan
pengolalaan negara yang buruk. Bisa jadi ia ada benarnya. Tapi lebih dari itu,
sebagai spekulan ia telah memancing di air keruh dengan memanfaatkan kerakusan
pemerintah yang berkuasa.
Burukya sistem
perbankan Indonesia ketika itu juga menjadi pemicu parahnya dampak yang
dirasakan. Persekongkolan bank-bank menyalurkan dana-dana kepada grup
perusahaannya sendiri telah menjadikan aturan-aturan pembatasa kredit dilanggar
sesuka hati. Akibatnya, kredit macet menjadi hantu yang menakutkan dan memaksa
16 bank tutup oleh IMF, Indonesia pun harus menombok kerugian bank-bank lebih
dari Rp.600 Triliun.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar